Tentang Puisi Di Negeri Amplop


Renungan Puisi
"Di Negeri Amplop"
Karya: KH. Musthofa Bisri (gus mus)

Di negeri amplop
Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu
Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi
David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri
Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

Amplop-amplop di negeri amplop
mengatur dengan teratur
hal-hal yang tak teratur menjadi teratur
hal-hal yang teratur menjadi tak teratur
memutuskan putusan yang tak putus
membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa
dan mengendalikan orang-orang biasa
Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan
mencairkan dan membekukan
mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu
Orang mendengar bisa tuli
Orang alim bisa napsu
Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop
amplop-amplop mengamplopi
apa saja dan siapa saja

Pada Jum'at tanggal 10 September 2021 Komunitas Pena Peka Denanyar telah melangsungkan diskusi sastra sebagai kegiatan rutin setiap minggu. Malam yang cukup menguras emosi karena membahas karya sastra yang bersifat kritik sosial karya Kh. Mustofa Bisri yang K.H. Mustofa Bisri atau yang dikenal dengan nama Gus Mus.

Gus mus merupakan sosok Kiai, penyair, sekaligus budayawan yang dimiliki bangsa Indonesia. Gus Mus termasuk rakyat Indonesia yang rajin melontarkan kritik-kritik sosial melalui sastra (puisi).

Diantara karya beliau, puisi di negeri amplop lah yang menjadi pembahasan mengiringi dinginnya malam hari itu. Berbagai pendapat dikemukakan, mulai dari dari sisi tananan bahasa hingga makna penggunaan diksi puisi gus mus tersebut.

Tetapi sebagai karya sastra kritik sosial, banyak pendapat yang mengatakan ini adalah realita dan ironi negara kita Indonesia tercinta, dengan permasalahan suap dan korupsi kalangan pemerintah.

Sebagai karya gus mus, seorang sastrawan "balsem" (Memberikan sedikit tetapi panas) berhasil meluapkan dan memberikan suntikan semangat untuk anggota komunitas untuk mengemukakan informasi yang mereka ketahui memyangkut permasalahan "kebobrokan" Pemerintah dalam persoalan korupsi dan suap. Seperti kasus Joko chandra hingga mentri sosial RI Juliari Batubara tak luput terbahas malam hari itu.

Kegiatan rutin tersebut ditutup dengan petuah kepala suku dan testimoni dari M. Zia Al-Haromain sebagai Assabiqunal Awwalun dari komunitas Pena Peka ini, mengingat Komunitas ini telah menginjak tahun kedua menjadi komunitas literasi di lingkungan Asrama Hasbullah Sa'id MANPK MAN 4 Jombang.

Oleh : Munengrat.

Komentar

Postingan Populer