Sedikit cerita tentang Pena PeKa
Alhamdulillah, alhamdulillah dan alhamdulillah. Puji syukur
tak hentinya kawula senandungkan untukNya. Malam tadi (Rabu, 28/10/2020) kami
melaksanakan tasyakuran karena salah seorang anggota Komunitas Pena PeKa
Hasbullah Sa'id Ponpes Mambaul Ma'arif Denanyar berhasil masuk 4 besar lomba
penulisan artikel tingkat Nasional yang diadakan oleh Majalah Ibadah.
Pena PeKa adalah Komunitas Penulisan di lingkungan Asrama
MANPK Denanyar yang beranggotakan tak lebih dari dua puluhan anggota. Paguyuban
kecil ini belum lama terbentuk, baru sekitar Agustus lalu. Bermula dari
acara-acara ringan berbentuk diskusi sastra, geliat kepenulisan para anggota
kian hari makin membuncah bak erupsi gunung Tunggorono, eh maksudnya Bromo.
Saya yang juga orang baru di lingkungan Ponpes Mambaul
Ma'arif ini, entah mengapa "ditodong" untuk menjadi pengawal forum
ini. Berbekal sedikit pengetahuan dan pengalaman yang tak seberapa dalam dunia
jurnalistik (semasa kuliah) plus dunia kepenulisan (hasil ikut seminar,
workshop dsb) saya iyakan saja ajakan para anak-anak muda ini.
Kegiatan kami tidaklah muluk-muluk. Dua kali dalam sepekan,
kami bertatap muka dan saling belajar (juga saling melempar joke hingga
gasakan). Pertemuan pertama diagendakan untuk membahas
berbagai karya sastra secara bergantian, dari mulai cerpen, puisi, opini hingga
bedah buku. Kami membahas aspek kebahasaanya, kaedah kepenulisannya dan
seterusnya. Sedangkan pertemuan kedua digunakan untuk mempresentasikan tulisan
dari masing-masing anggota. Biasanya berupa resensi kitab kuning, atau opini
singkat. Lalu tulisan tersebut didiskusikan dari segi kaedah kepenulisan hingga
subtansi di dalamnya. Dari kegiatan tersebut, penulis akan mendapat koreksi dan
masukan dari teman2 lainnya. Di situ forum menjadi penuh dialektika, dinamis,
hidup dan kemampuan semua anggota menjadi berkembang. Ada take and give di sana.
Ada mubadalah dalam menimba ilmu.
Dari formula semacam ini alhamdulillah di bulan September
sedikit demi sedikit, satu demi satu tulisan dari para anggota mulai menampakan
hasil. Tulisan mereka mulai masuk portal keislaman nasional, semisal dimuat
alif.id, pesantren.id, neswa.id dan tentu nu online. Bahkan satu dari mereka
berhasil menyabet juara 4 nasional lomba artikel. Menjadi kian bikin hati saya
bergemuruh, manakala sembilan dari sepuluh besar di dalamnya adalah mahasiswa,
dan peserta satu-satunya dari pelajar ialah anggota Pena PeKa atas nama Nier
Munier. Ia nampak sangat bahagia dan tak percaya, mungkin ia sempat memukul
pipinya saat ia mengetahui kabar tersebut. Barangkali ia ragu apakah sedang
mengigau atau dalam alam mimpi. Sebab ini ialah kali pertama ia menulis artikel
secara serius dan sistematis.
Mereka kini sudah mulai terbiasa dengan budaya menulis, tiap
minggu insya Allah ada saja dari mereka yang dimuat tulisannya oleh portal2
nasional. Usia mereka nisbi belia, jujur saat di usia mereka, saya saja masih
belum pada tradisi demikian. Karena saya di usia segitu masih sibuk menjadi
bintang iklan. 😁
Saya sebagai pendamping forum tersebut tidak berharap lebih.
Saya hanya ingin melatih pikiran, sendi dan otot-otot mereka agar terbiasa
menulis. Jika mereka memulai lebih dini dalam hal menulis, di usia yang
menapaki bilangan dua mereka tinggal "lepas landas" saja nantinya.
Bangsa dan agama ini perlu sumbangsih pemikiran kaum muda.
Dakwah islamiyah perlu terus dilakukan. Di era digital semacam ini, menulis
adalah salah satu strategi dakwah yang vital. Moderasi Islam perlu terus
dikampanyekan. Konvergensi antara agama dan negara perlu terus disuarakan. Jika
dakwah dengan lisan akan terhenti dengan jedanya nafas. Maka melalui tulisan
itulah suara bisa tanpa jeda. Ia dapat terus mempengaruhi masyarakat luas tanpa
henti. Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala namun satu tulisan akan
mampu menembus ribuan kepala.
Saya sadar, -mengutip syair Khairil Anwar- Kerja belum
apa-apa, belum usai. Keajegan adalah tantangan klise dari setiap kerja-kerja
kebudayaan. Semoga kami senantiasa mampu mengatasi lelah jua letih untuk terus
berproses. Melawan bosan kami mampu, melawan capek kami akan terus mau!
*Dikutip dari postingan FB sang kepala suku, yang mulia baginda Saiful Umam
muntahkan karya kalian
BalasHapus